dan aku tersesat dalam mimpiku.
dulu aku menuliskan beberapa kata yang menurutku indah di dalam buku rahasiaku.
tentang kamu.
tentang nyataku.
kataku dulu, kau adalah nyata dalam nyataku.
bukan mimpi dalam mimpiku.
kau tahu.
disaat semua orang ingin bermimpi, aku malah enggan bermimpi.
dulu mimpiku indah.
tapi ternyata dia fana.
aku dipaksa bangun.
aku dipaksa melupakan mimpiku.
berhari-hari aku enggan tersenyum.
comulunimbus menggelayut diujung mataku.
meski angin dari kawanku berusaha mengusirnya jauh.
tapi dia seakan menempel disitu.
aku dipaksa menghadapi dunia nyata.
menyakitkan.....
sampai suatu ketika, sesuatu muncul.
berwujud khayal. di alam nyata.
dia mengajariku cara membentuk tersenyum.
dia mengajariku cara merangkai tawa.
tapi kemudian dia hilang.
kembali ke dunia khayalnya.
tidak menemaniku selamanya disini.
setidaknya, aku sudah berjumpa senyumku yang hilang.
walaupun tawaku yang lenyap masih tertinggal entah dimana...
berhari-hari aku membentuk senyum sendiri.
mempelajari merangkai tawa sendiri...
tapi tak semudah itu.
aku butuh seseorang.
aku mulai menyerah.
pundakku mulai layu.
kepalaku mulai jatuh.
namun tiba-tiba kau datang.
memegang tanganku.
dalam gelap malam yang datang menggigiti matahari.
kau memegang tanganku.
menjauhi gelap.
menuju terang diujung sana.
dan pada saat itu aku tau, kaulah orangnya.
nyataku. nyataku. nyataku.
Ya Tuhan....
kau mengajariku cara tersenyum dengan baik.
cara tertawa dengan benar.
cara membuang air mata dengan tidak sia-sia.
kau begitu... kau begitu...
namun segala sesuatunya tidak pernah berjalan begitu baik, sayang...
klise.
angin yang dulu ingin menerbangkan comulunimbus tak suka kita bersama.
dia menghembuskan angin yang kencang.
menggoyahkanmu.
aku seperti tak dapat berpegang padamu lagi.
anginnya terlalu kencang, sayang...
angin yang berasal dari kebodohan masa laluku...
lalu kemudian aku terbang.
terdampar disebuah desa kecil.
aku kehilangan kau, nyataku.
aku seperti kehilangan akal, sayang...
aku bingung..
aku kehilangan arah...
Oh Tuhan....
di desa kecil itu, aku bertemu fatamorgana.
indah.
tapi, kau tau kan, fatamorgana?
aku mendekat pada fatamorgana.
tak percaya kalau itu fatamorgana.
tak mau tau kalau itu hanya fatamorgana.
kebodohanku terulang.
aku bodoh.
bodoh.
aku bodoh.
kau sempat datang.
tapi aku tak mengacuhkanmu.
aku takut angin itu menerbangkan aku lagi.
dan berpisah darimu.
aku memilih menghilang darimu.
tapi ternyata itu kesahalan.
dan aku menderita.
nyataku...
manusiaku...
aku hanya bisa berharap kau tak pernah melupakan ini.
sampai kapanpun, kau tetap nyata dalam nyataku.
kini aku sadar.
ketika semua tidak berguna lagi.
sekencang-kencangnya angin berhembus, apabila aku berpegangan erat padamu, aku takkan tertiup.
sekarang, aku tidak takut menghadapi angin manapun.
meskipun, angin itu adalah angin terdekatmu.
tapi terlambat?
mudah-mudahan tidak.
aku akan selalu memeluk bayanganmu, nyataku.
sampai kau sadar, aku terlalu lama memeluk bayangan.
dan kemudian sosokmu datang kembali.
gantian memelukku.
semoga kau mengerti.
semoga kau membaca ini...
ps : suatu saat, akan kutuliskan serangkaian kata yang menurutku indah itu, disini.
ku harap tidak begitu memalukan.
Palu, 09-07-2013
nyata. menunggu. kamar.
0 komentar:
Posting Komentar